Disini ku berbagi cerita
 
Picture
.::Seorang Bidan Menjadi Pendidik Al-Qur'an::.
(Orangtua Hilyah Qonita, juara 1 Hafizh Indonesia RCTI 2013)

Sejak menikah, saya, Nuroniyah Manaf dan Suami, Muslim, sepakat menjadikan pendidikan Al-Qur'an sebagai landasan utama sebelum anak-anak belajar ilmu-ilmu yg lain.
Kini, kami dikaruniai tiga orang anak, Aufa Alfa Zhillah (9), Hilyah Qonita (5), dan Muhammad Al Fatih (11 bulan). Kami tinggal di wilayah Kebon Jeruk Jakarta Barat.

Aktifitas saya sehari-hari adalah sebagai guru ngaji di rumah. Bersama suami, saya mengajarkan Al-Qur'an kepada anak-anak yg berada di lingkungan sekitar rumah. Sebelum mengabdi menjadi pengajar Al-Qur'an, saya pernah menjadi bidan di RS Islam Jakarta Pusat. Namun saat mengandung Aufa di usia kehamilan tujuh bulan, saya berhenti menjadi bidan karena ingin fokus mendidik anak-anak secara intensif. Aktifitas suami, selain menjadi guru di SDIT, juga menjadi guru ngaji, termasuk diantaranya menjadi guru Tahsin di Nurul Hikmah, Pesantren Ust.Muzammil.

Anak pertama, Aufa, Alhamdulillah sekarang sudah menyetorkan hafalannya sebanyak 13 juz. Ia menjadi santri Pesantren Nurul Hikmah sejak kelas 1 SD. Berbeda dengan Aufa, kami membuat program agar ia bisa menghafal Al-Qur'an di rumah, dengan mengikuti metode yang ada di Pesantren Nurul Hikmah. Alhamdulillah, hafalan Hilyah sekarang sudah lima juz. Yaitu juz 30 sampai juz 26, dan sekarang Hilyah sedang menghafal Juz 1.
Hilyah juga mempunyai prestasi sebagaiu juara 1 MHQ juz 30 Islamic Book Fair 2012, juara 1 MHQ juz 29 dan 30 di LTQ Asy Syifa, juara 2 MHQ juz 29 dan 30 di Kafila Islamic International School se-DKI Jakarta dan Jawa Barat, dan yang terbaru adalah sebagai juara 1 Hafizh Indonesia RCTI 2013.

Capaian ini tidak instan. Program menghafal Qur'an sudah saya mulai sejak hamil, yaitu dengan memperbanyak mengkhatamkan Al-Qur'an. Khataman Al-Qur'an ini saya lakukan untuk merangsang tumbuh kembang otak janin sejak dari dalam kandungan. Saya juga selalu berkomunikasi dengan si kecil di kandungan saat tilawah. Ucapan semisal "De, Ibu mau tilawah surat Yusuf nih sekarang. Dengarkan ya.." selalu saya lakukan sambil saya mengelus perut.

Ketika lahir, kebiasaan mendengarkan bacaan Al-Qur'an tetap kami lanjutkan. Ayahnya biasanya memilih bacaan murattal Imam Misyari Rasyid karena temponya tidak terlalu cepat dan lebih syahdu. Hampir setiap hari pun saya mentalaqqikan surat-surat pendek di berbagai aktifitas, misalnya pada saat menyusui, makan, dan ganti popok. Di usianya 6 bulan, saya mulai memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah sambil bermain dengan alat peraga yang saya buat sendiri dengan menggunting kertas origami warna-warni yang dibentuk sesuai huruf-huruf hijaiyah, lalu kami tempelkan di lembaran kardus yang besar.

Ketika mereka sudah bisa berucap, huruf-huruf hijaiyah yang selalu saya perkenalkan ternyata mereka hafal. Setelah itu saya menggunakan metode iqro untuk mengajari mereka membaca Al-Qur'an. Alhamdulillah, Aufa di usia 4 tahun, dan Hilyah di usia 3 tahun, sudah bisa membaca Al-Qur'an. Saya pun terus melatih kelancaran tilawah Qur'an mereka, sambil memberikan hafalan surat-surat di juz 30.

Hilyah mulai setor hafalan ketika usianya tiga tahun. Biasanya ia menyetor hafalannya sehabis asar dan muraja'ah di usai shalat shubuh. Kemudian di ba'da maghrib, bersama para santri, Hilyah mengaji di rumah dengan saya dan suami.

Saya bersyukur, proses menghafal Hilyah sampai sekarang tidak banyak kendala. Kuncinya, tekad yang kuat dan disiplin dari orangtua. Kami juga sadar bahwa lingkungan ikut mempengaruhi, oleh karenanya saya dan suami memilih tempat tinggal yang tenang, dan membatasi kegiatan menonton televisi. Dalam hal ini, orangtua tentu harus menjadi teladan bagi anak-anak dengan tidak banyak menonton televisi, sebaliknya memperbanyak interaksi dengan Al-Qur'an.

(Disadur dari Buletin Pesantren Al-Qur'an Nurul Hikmah, edisi 10 November 2013/Muharram 1435 H)

 
Picture
Mau khatam Qur’an tiap hari?

Disuatu hari, ketika jam 6 pagi,, WA (whatsapp) ana bunyii tiing tooong.. “juz 13 done” (jam 6 pagi meeen), sampai menjelang dhuha, sudah hampir 10 orang khatam juz nya masing-masing, dan ba’da dzuhur hampir 20 an juz keatas laporan tilawah diterima, widiiiwhh.. grup ODOJ asli RAME.. rame yang laporan rame yang menyemangati..
hehee..

Apasih ODOJ..?

One Day One Juz ( ODOJ ) adalah program yang diinisiasi oleh Rumah Qur’an untuk memfasilitasi dan mempermudah kita dalam tilawah Al-Qur’an dengan targetan 1 juz sehari.

Dengan memanfaatkan Instant Messager, tilawah 1 juz sehari jadi lebih menyenangkan dan lebih termotivasi.

Mekanismenya adalah membangun grup ODOJ di Whatsapp/BBM/media lainnya dimana 1 grup beranggotakan 30 orang.

Kemudian segera melapor jika sudah menyelesaikan tilawahnya di group.

Bagi akhwat yang berhalangan dapat melelang juz bagiannya kepada yang berminat ambil pahalanya, tenaang saja.. pasti ada yang ambil, bahkan berebutan. Hehee.. (beneran)

Pembagian juz bergilir dimulai malam hari ketika semua sudah setor bacaanya, Bagi yang dapat juz 30, membaca doa khataman Qur’an. Di usahakan jam 09.00 pm sudah selesai semua.

Tidak hanya pembagian juz yang bergilir, PJ (penanggung jawab) Harian dari anggota yang bergantian bertugas mengupdate laporan juz, memonitoring dan mengatur lelangan untuk mencapai target.

Target ODOJ adalah KHATAM GROUP hari itu juga dan KHATAM PRIBADI selama 1 bulan (30 hari). Seruuu kan..

Pasti terpacu semangatnya, bagaimana tidak, 30 orang berkumpul dengan tujuan dan motivasi yang sama, yaitu istiqomah untuk baca qur’an tiap hari.

Mau istiqomah baca Qur’an? Mau Khataman setiap hari? Yuuu ikutan ODOJ.

Dibawah ini, contoh simulasi ODOJ via WA.

Keterangan gambar:
1. ODOJ 55, maksudnya saya masuk di grup ODOJ ke 55.
2. Febri 26-27, febri adalah penanggung jawab tanggal 26 dan 27 (1 orang 2 hari tugas)
3. Bunga, tanda sudah selesai tilawah 1 juz
4. Tanda panah, tanda juz bagiannya di lelang (karena halangan)
5. Gambar warna hijah sebelah kanan, contoh peserta ODOJ lapor hasil tilawahnya dan lelang juz bagiannya..

semoga membantu.. ^_^


 
Picture
Ana dan Mama.. ^_^

Ana: Mah, mama lagi nonton apa, kurang bagus mah acaranya, matiin aja ya tivinya.. ana kurang suka..
Mama: Waah.. jangan dong na.. mama kan butuh hiburan habis jualan.. tivi kan hiburan mama satu-satunya..
Ana: #jleeeeb...

Banyak tontonan yang disajikan di tivi tetapi jarang sekali yang dapat dijadikan tuntunan..

Humm.. alasan inilah yang membuat ku, mengurangi nonton tv ketika dirumah.. tapi bagi mama, tivi bukan hanya tontonan tapi teman dalam kesepian.. hehehee #agak lebay..

Tapi kalau difikir-fikir, dibandingkan ana dengan tivi..
Ketika mama lelah, tivi menyajikan hiburan gelak tawa..
Ketika mama bosan, tivi menyajikan sinetron, dengan cerita seru..
Ketika mama butuh resep masakan, lewat tivi mama bisa dapat ide baru..

Ketika mama kesepian, musik, kuis sampai infotainment tersaji tiap hari..

ah,
Dimana aku ketika mama lelah?
Dimana aku ketika mama bosan?
Dimana aku ketika beliau butuh hiburan dan teman berbagi..
?

Kesibukan telah menyulapku menjadi seorang yang kurang perhatian, bahkan untuk sekedar memijit kaki sambil obrol-obrol ringan..

Maka...
Antara aku dan televisi manakah yang lebih bakti?


>> siapin jadwal dating sama mama..


 
Picture
Disuatu ketika...

Bang. Saat istri sedang MARAH, apa yg sebaiknya aku lakukan? *diam, merunduk, dengarkan omelanya lalu minta maaf. Kalau dia masih marah-marah terus?

*deketin, peluk, cium keningnya lalu berbisiklah ditelinganya. Ucapkan kata maaf dan penyesalan.
Insyaallah luluh hatinya.

Kalau dia hanya berhenti ngomel saja dan berganti NGAMBEK? Diam seribu bahasa sambil pasang muka manyun?

*Buatkan kopi susu dan belikan cemilan kesukaanya dia. Lalu duduklah disampingnya sambil menyajikan minuman dan makanan tersebut.

LaLu??
*Suapin dia sambil sesekali belai rambutnya.

Kalau dia gak mau makan dan tetap ngambek?
* Gombalin dan rayu2. Kalau gak bisa ngegombal dan gak
pandai merayu?

*Tanganmu harus aktif.

maksudnya??
*pijitin dia, sambil ceritain cerita yg lucu2.

Kalau dia gak tertarik dengan cerita lucuku?
*pergilah keruang makeup. Dandanin wajahmu sperti badut.
Lalu temui dia.

COPAS dari status temen (teh Melly) yang entah dari mana.. hehee

 
Picture
By ust.Fatur Rahman

Oh… Akhwat
Wanita anggun pembasmi maksiat
Busananya rapi menutup aurat
Paling anti pake pakaian ketat
Katanya sich, ini salah satu ciri muslimah yang taat

Oh… Akhwat
Rajin mengaji dan tahajud dimalam yang pekat
Alasannya, biar selamat dunia dan akhirat

Ngga lupa dia doa dan munajat
Agar mendapat teman sejati dalam waktu cepat

Oh… Akhwat
Aktivitasnya begitu padat
Kuliah, organisasi sampe-sampe sehari 3 x ngikutin rapat
Ada juga yang ngajar TPA dan ngajar privat
Demi Allah, semua dilakukan dengan semangat

Oh… Akhwat Tapi hari ini kok seperti kurang sehat?
Badan lesu dan muka keliatan pucat
Jalannya lunglai dibawah terikan matahari yang menyengat
Ooo.. ternyata dia, magh nya lagi kumat
(Abis… waktu sarapan cuma makan sepotong kue donat!)

Oh… Akhwat Banyak juga yang berjerawat
Dari yang kecil-kecil sampe yang segede tomat
Padahal sudah nyobain semua sabun dan juga obat
( Sabar… sering wudhu lama2 juga ilang, Wat!)

Oh… Akhwat Sering betul kirim SMS buat para sahabat
Isinya kalo ngga ngundang syuro, ya.. ngasih tausiyah atau nasihat
Walau kadang terasa bikin pulsa ngga’ bisa hemat

Oh… Akhwat
Seneng banget kalo makan coklat
Nggak sadar kalo gigi udah pada berkarat
Gara-gara sebulan sekali baru disikat
(Hiii… jorok nian kau, Wat!)

Oh… Akhwat Paling seru waktu kumpul sesama akhwat
Ngobrolin dakwah sampe hal-hal yang kadang kurang manfaat
Apalagi kalau sudah pada saling curhat
Bisa-bisa air mata mengalir begitu lebat
( Wiih, curhat apaan tuh, Wat!)

Oh… Akhwat
Paling berani kalo di ajak debat
Siap bertahan sampe lawan bicaranya mulai sekarat
1 jam.. 2 jam.. 3 jam.. Wuiih dia masih kuat..!
4 jam….? Woy berenti…! waktunya sudah masuk sholat..!!

Oh… Akhwat Sore-sore makan soto babat
rame-rame bareng temen satu liqo’at
Maklum, hari itu ada yang baru punya hajat
Baru wisuda… walaupun wisudanya bareng adek2 tingkat

Oh… AkhwatNonton konser Izzis sambil lompat-lompat
Tak terasa badan mulai capek dan mulai berkeringat
Sampai nggak sadar kalo ada copet yang mulai mendekat
( Tenang…. Si Ukhti kan sudah belajar silat..!!)

Akhwat… Akhwat… Pergi kuliah di hari Jumat
Buru-buru karena takut datangnya telat
Padahal hawa kantuk masih terasa melekat
Gara-gara Facebookkan tengah malem sampe jam 1 lewat
( So.. What gitu Wat ?!)

Oh… Akhwat
Banyak yang nggak mau dimadu,apalagi jadi istri ke empat
( Waduh, kalau yang ini ane nggak berani nerusin, Wat!)

Oh… Akhwat
Mau lebaran bantuin ibu buat ketupat
Hati gembira karena mau ketemu sanak kerabat
Tapi kesel saat ditanya… Lebaran ini masih sendiri, Wat?

Oh… Akhwat
Berharap sang pengeran datang tidak terlambat
Untuk menjemput ke hidup baru yang penuh rahmat
Namun apa daya saat proses ta’aruf jadi tersendat
Gara-gara sang Ikhwan, malah akhirnya ngurungin niat
( Huuu.. reseh banget tuh Ikhwan, Wat!)

Oh… Akhwat
Masih Banyakkah yang seperti Fatimah Binti Muhammad?
Yang memilih pendamping bukan kerena harta, tahta dan martabat
Atau hanya tertarik pada gemerlap dunia yang sesaat
Tapi… Agama dan Akhlak itulah yang ia lihat
Wah.. kalau ada… ane pesen satu Wat!
*peace* ( Please dong akh, Wat! )

Oh… Akhwat
Hidup memang tak selamanya nikmat
Kadang ringan kadang juga terasa berat
Tapi teruslah Istiqomah kau di setiap saat
Karena engkaulah…. Bidadari Harapan Ummat!

Maap ya.. Wat! Kalau ada kata-kata salah yang didapat
Maklum, yang buat bukannya Akhwat
Udah dulu ya.. yang buat matanya udah 5 Watt!

HIDUP AKHWAT!!!

 
Picture
Assalamualaikum wr wb

Sahabatku,

Imam syafi'i berkata:
"Jika engkau punya teman - yg selalu membantumu dlm rangka ketaatan kepada Allah- maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karna mencari teman -baik- itu susah, tetapi melepaskanny sangat mudah sekali"

Sahabatku fillah luangkanlah waktu sejenak untuk membaca hadits yg mulia berikut ini....

Diriwayatkan bahwa :
Apabila penghuni Syurga telah masuk ke dalam Syurga, lalu mrk tidak menemukan Sahabat2 mrk yg selalu bersama mrk dahulu di dunia.

Mrk bertanya tentang Sahabat mrk kepada اللّهُ سبحانه و تعالى ..

"Yaa Rabb...
Kami tidak melihat Sahabat2 kami yang sewaktu di dunia shalat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami...??

"Maka اللّهُ سبحانه و تعالى berfirman:
"Pergilah ke neraka, lalu keluarkan Sahabat2mu yg di hatinya ada Iman walaupun hanya sebesar zarrah."
(HR. Ibnul Mubarak dalam kitab "Az-Zuhd").

Al-Hasan Al-Bashri berkata: "Perbanyaklah Sahabat2 mu'minmu, krn mrk memiliki Syafa'at pd hari kiamat".

Ibnul Jauzi pernah berpesan kpd Sahabat2nya sambil menangis:

"Jika kalian tidak menemukan aku nanti di Syurga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada اللّهُ تعالى tentang aku:

"Wahai Rabb Kami...
Hamba-Mu fulan, sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami ttg ENGKAU..
Maka masukkanlah dia bersama kami di Syurga-Mu"

Sahahabatku fillah
Mudah-mudahan dg ini, aku telah Mengingatkanmu ttg اللّهُ تعالى ..
Agar aku dapat besertamu kelak di Syurga & Ridho-Nya..

Yaa Rabb...
ْAku Memohon kepada-Mu.. Karuniakanlah kepadaku
Sahabat2 yg selalu mengajakku utk Tunduk Patuh & Taat Kepada Syariat-Mu..

Kekalkanlah persahabatan kami hingga kami bertemu di Akhirat dengan-Mu...

آمِيْن يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ

@tausiyahku

 
Picture
Jika masih jauh ke pelaminan
Apa guna membahas cinta
Bakti pada ummat terlewat sayang
Masa mudamu akan ditanya

Calonpun masih Allah yang simpan
Untuk apa dikhayal dia?
Masa muda masa berjuang
Tidakkah sayang waktu percuma?

Ucap cinta diumbar jangan
Kalau tak faham dalam maknanya
Simpan dahulu tak akan lekang
Untuk isterimu saatnya tiba

Jangan terbuai roman picisan
Dari pujangga tak faham cinta
Elok membaca jejak pejuang
Yang rela mati demi agama

Untuk apa waktu terkorban
demi dirinya suami bukan
isteripun bukan, hanya bayang-bayang
Tidakkah sayang, waktu tak guna

Oh mari kawan kita berkorban
Raih ilmu Ikhlaskan amalan
Sekalah debu mari berjuang
Allah kan senang pada hamba-Nya

Pemuda Islam ayo bangkitkan
Ummat terpuruk tunggu uluran
Tidakkah ingin engkau saksikan
Islam bangkit jaya semula

~Ust. Usep ~

 
Berikut adalah lirik dari nasyid Rahman ya Rahman
Misyary Rasyid Alafasy:


رَحْمَن يَا رَحْمَن سَاعِدْنِيْ يَا رَحْمَن اِشْرَحْ صَدْرِيْ قُرْآن إِِِمْلأ قلبي قرآن واسقي حياتي قرآن رحمن يا رحمن ساعدني يا رحمن اشرح صدري قرآن أملأ قلبي قرآن واسقي حياتي قرآن لله لله يهفو أملي لله ولحفظِ كتابِ الله من أولِ باسم ِ الله للختم وللرضوان يا نور يا نور يا مــُـحكم يا تنزيل لمحمد عن جبريل من رب العرش دليل للعالم والأنسان تكبير تكبير للحافظِ وهو صغير وضـّاء العين قرير يحملُ فجراً ليــُـنير بتلاوته الأكوان الله الله اللهم اجمعنا بكتابك و انفعنا واجعله لنا حصنا وهدى أبدا وأمان رحمن يا رحمن ساعدني يا رحمن اشرح صدري قرآن أملأ قلبي قرآن واسقي حياتي قرآن

———————-
Artinya
——————–
رحمن يا رحمن
Rahman, ya Rahman
ساعدني يا رحمن
bantulah aku..Yang Maha Penyayang
اشرح صدري قرآن
penuhi hati ini ( dengan cinta) dari Al-Qur’an
أملأ قلبي قرآن
lapangkan dadaku hanya untuk Al-Qur’an
واسقي حياتي قرآن
Sirami hidupku dengan Al-Qur’an . لله لله يهفو أملي لله
hanya untuk Allah, begitu mendalam keinginanku karena Allah…
ولحفظِ كتابِ الله
bisakah aku mempelajari Al-Qur’an
من أولِ باسم ِ الله
dimulai dengan “Bismillah…”
للختم وللرضوان
hingga penutupan (Al-Qur’an) dan berhasil (Tamat)….

يا نور يا نور
Cahaya…wahai cahaya..
يا مــُـحكم يا تنزيل
Al-Qur’an diturunkan kepada yang “terpilih”
لمحمد عن جبريل
untuk Muhammad (SAW), melalui Jibril
من رب العرش دليل
dalam lindungan dan bimbingan Allah Ta’ala
للعالم والأنسان
bagi semesta alam dan manusia

تكبير تكبير
bertakbirlah…..bertakbirlah
للحافظِ وهو صغير
untuk itu, …siapakah yang telah belajar Al-Quran….sedari kecil…
وضـّاء العين قرير
mata menerangi dengan ketenangan dan kedamaian…
يحملُ فجراً ليــُـنير
bersinar…laksana cahaya subuh…
بتلاوته الأكوان
dan alam semesta yang diperkaya dengan ayat2NYA….

الله الله اللهم اجمعنا
wahai Allah, kumpulkanlah kami bersama
بكتابك و انفعنا
satu Panduan, dan membuatnya menjadi manfaat bagi sesama
واجعله لنا حصنا
menjadi benteng/pertahanan kita
وهدى أبدا وأمان
penenang dan pembimbing kita yang kekal abadi…

 
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud RA, mengisyaratkan bahwa Hari Raya umat Islam hanya ada Idul Adha dan Idul Fitri  

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ "

Dari Anas, ia berkata : Rosulallah SAW datang ke Madinah dan mereka (orang-orang) menjadikan dua hari yang mana mereka suka bermain bersenang-senang), lalu Rosul bertanya : apa maksud dua hari ini ? mereka menjawab : kami biasa bermain / bersenang-senang pada dua hari ini di zaman jahiliyah, maka Rosulallah SAW bersabda : sesungguhnya Allah telah menggantikan buat kamu dengan dua hari raya yang lebih baik dari dua hari itu (dua hari raya dizaman jahiliyah) yaitu : hari raya Adha dan hari raya Fitri  (HR : Abu Daud : 1134)


Lalu bagaimana dengan hadits dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah pernah bersabda : 

”Dan barangsiapa yang membelaikan tangannya pada rambut (kepala) anak yatim di hari 'Asyura, maka Allah Ta’ala mengangkat derajat orang tersebut untuk untuk satu helai rambut satu derajat. Dan barangsiapa memberikan (makan dan minum) untuk berbuka bagi orang mukmin pada malam 'Asyura, maka orang tersebut seperti memberikan makanan kepada seluruh umat Muhammad SAW dalam keadaan kenyang semuanya.” 

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Baihaqi :

Abdullah ibn Abi Auf berkata, kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW maka datang seorang anak laki-laki, ia berkata, "saya yatim, saudari saya yatim, dan ibu saya seorang janda. Bagilah kami makanan dari rezki yang Allah berikan kepadamu seridhanya". Kemudian, Rasul mengambil 21 biji kurma dan berkata, "tujuh biji untukmu, tujuh untuk saudarimu, dan tujuh untuk ibumu". Mu'adz ibn jabal berdiri dan mengusap kepalanya dan berkata, "Allah yang menakdirkanmu menjadi yatim dan menjadikanmu pengganti bapakmu (anak itu adalah dari kaum muhajirin) maka Rasulullah SAW bersabda, "Aku melihat tindakanmu ya mua'adz, Mu'adz berkata, 'tanda sayang'. Rasul berkata, 'tidak seorangpun dari kamu yang mengurus anak yatim, kemudian baik cara mengurusnya. Kalau ia mengusap kepalanya selain Allah SWT catat baginya setiap helai rambut keburukan dan mengangkat setiap helai rambut satu derajat". (HR.Baihaqi)

Pendapat:
1.       Ada yang mengatakan bahwa tanggal 10 Muharram adalah lebaran anak yatim, yang dimana diangkat 1 derajat tiap belaian rambut anak yatim pada hari itu.
2.    Ada yang mengatakan, belaian rambut pada kedua hadits di atas merupakan kata majaz atau kata kiasan yang merupakan kasih sayang. Kasih sayang yang bukan hanya diwujudkan dengan belaian rambut belaka, tapi bagaimana mengurus anak yatim dengan baik yang diikuti dengan pemberian santunan untuk pendidikan, sandang, pangan dan lain sebagainya.
Pada hadits yang kedua disebutkan "mengurus anak yatim, kemudian baik cara mengurusnya" mengisyaratkan bahwa pemberian santunan bukan hanya pada tanggal 10 Muharram saja, tapi juga pada bulan-bulan lainnya.

 Jadi gimana tuh??
Hehee..

Berikut ringkasan hasil discuss ana dengan Ustadz fiqh ana dan teman, kira-kira begini:

Memang ada perbedaan, perbedaan makin besar karena ada pe”nama”an yang dibuat yaitu “Lebaran Yatim”, karena tiada hari raya kecuali hari raya Idul Fitri dan Idul Qur’ban, Lebaran Yatim hanya sebuah penamaan hanya ada di Indonesia. Pada dasarnya orang yang menyantuni Yatim pada hari lain selain 10 Muharram pasti berpahala, tetapi alangkah baiknya kita bisa mengambil kebijaksanaan dalam menyingkapi “Lebaran Yatim” ini. Terkadang orang itu butuh “moment” sehingga anak yatim dijadikan pilihan santunan. Hadist diatas bisa jadi sebagai pengingat kita untuk menyantuni dan menyayangi anak yatim. Maka afdholnya memang dapat menyantuni anak yatim di hari Asyura, tukas Ustad ana.

Wa Allahu Alam. Afwan.
 
AQL Islamic Center

PADA waktu dhuha di hari Senin 12 Rabi’ul Awal 11 H (hari wafatnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam) masuklah putri beliau Fathimah radhiyallahu anha ke dalam kamar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, lalu dia menangis saat masuk kamar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia masuk menemui Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau berdiri dan menciumnya di antara kedua matanya, akan tetapi sekarang beliau tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda kepadanya: ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu di telinganya, maka dia pun menangis. Kemudian beliau bersabda lagi untuk kedua kalinya:” Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu sekali lagi, maka diapun tertawa.

Maka setelah kematian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, mereka bertanya kepada Fathimah : “Apa yg telah dibisikkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepadamu sehingga engkau menangis, dan apa pula yang beliau bisikkan hingga engkau tertawa?” Fathimah  berkata: ”Pertama kalinya beliau berkata kepadaku: ”Wahai Fathimah, aku akan meninggal malam ini.” Maka akupun menangis. Maka saat beliau mendapati tangisanku beliau kembali berkata kepadaku:” Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yg pertama kali akan bertemu denganku.” Maka akupun tertawa.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil Hasan dan Husain, beliau mencium keduanya dan berwasiat kebaikan kepada keduanya. Lalu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil semua istrinya, menasehati dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat. Beliau mengulang-ulang wasiat itu.

Lalu rasa sakitpun terasa semakin berat, maka beliau bersabda:” Keluarkanlah siapa saja dari rumahku.” Beliau bersabda:” Mendekatlah kepadaku wahai ‘Aisyah!” Beliaupun tidur di dada istri beliau ‘Aisyah radhiyallahu anha. ‘Aisyah berkata:” Beliau mengangkat tangan beliau seraya bersabda:” Bahkan Ar-Rafiqul A’la bahkan Ar-Rafiqul A’la.” Maka diketahuilah bahwa disela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la.

Masuklah malaikat Jibril alaihis salam menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seraya berkata:” Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” Maka beliau berkata kepadanya:” Izinkan untuknya wahai Jibril.” Masuklah malaikat Maut seraya berkata:” Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di Akhirat.” Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:” Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la (Teman yang tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu :para nabi, para shiddiqiin, orang-orang yg mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yang sebaik-baiknya.”

‘Aisyah menuturkan bahwa sebelum Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya, dan dia mendengarkan beliau secara seksama, beliau berdo’a:

“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la.” Berdirilah malaikat Maut disisi kepala Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam- sebagaimana dia berdiri di sisi kepala salah seorang diantara kita- dan berkata:” Wahai roh yang bagus, roh Muhammad ibn Abdillah, keluarlah menuju keridhaan Allah, dan menuju Rabb yang ridha dan tidak murka.”

Sayyidah ‘Aisyah berkata:”Maka jatuhlah tangan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.” Dia berkata:”Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, tidak ada yang kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yang disana ada para sahabat, dan kukatakan:” Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.”

Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu terduduk karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan radhiyallahu anhu seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kanan dan kekiri. Adapun Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu berkata:” Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa alaihis salam pergi untuk menemui Rabb-Nya.”

Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar radhiyallahu anhu, dia masuk kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, memeluk beliau dan berkata:”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata : ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”

Keluarlah Abu Bakar menemui manusia dan berkata:” Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.” Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah orang yang paling mulia, orang yg paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi kita tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Langit Madinah kala itu mendung. Bukan mendung biasa, tetapi mendung yang kental dengan kesuraman dan kesedihan. Seluruh manusia bersedih, burung-burung enggan berkicau, daun dan mayang kurma enggan melambai, angin enggan berhembus, bahkan matahari enggan nampak. Seakan-akan seluruh alam menangis, kehilangan sosok manusia yang diutus sebagai rahmat sekalian alam. Di salah satu sudut Masjid Nabawi, sesosok pria yang legam kulitnya menangis tanpa bisa menahan tangisnya.

Waktu shalat telah tiba.

Bilal bin Rabah, pria legam itu, beranjak menunaikan tugasnya yang biasa: mengumandangkan adzan.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar…”

Suara beningnya yang indah nan lantang terdengar di seantero Madinah. Penduduk Madinah beranjak menuju masjid. Masih dalam kesedihan, sadar bahwa pria yang selama ini mengimami mereka tak akan pernah muncul lagi dari biliknya di sisi masjid.

“Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha ilallah….”

Suara bening itu kini bergetar. Penduduk Madinah bertanya-tanya, ada apa gerangan. Jamaah yang sudah berkumpul di masjid melihat tangan pria legam itu bergetar tak beraturan.

“Asy…hadu.. an..na.. M..Mu..mu..hammmad…”

Suara bening itu tak lagi terdengar jelas. Kini tak hanya tangan Bilal yang bergetar hebat, seluruh tubuhnya gemetar tak beraturan, seakan-akan ia tak sanggup berdiri dan bisa roboh kapanpun juga. Wajahnya sembab. Air matanya mengalir deras, tidak terkontrol. Air matanya membasahi seluruh kelopak, pipi, dagu, hingga jenggot. Tanah tempat ia berdiri kini dipenuhi oleh bercak-bercak bekas air matanya yang jatuh ke bumi. Seperti tanah yang habis di siram rintik-rintik air hujan.

Ia mencoba mengulang kalimat adzannya yang terputus. Salah satu kalimat dari dua kalimat syahadat. Kalimat persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Rasul ALLAH.

“Asy…ha..du. .annna…”

Kali ini ia tak bisa meneruskan lebih jauh.

Tubuhnya mulai limbung.

Sahabat yang tanggap menghampirinya, memeluknya dan meneruskan adzan yang terpotong.

Saat itu tak hanya Bilal yang menangis, tapi seluruh jamaah yang berkumpul di Masjid Nabawi, bahkan yang tidak berada di masjid ikut menangis. Mereka semua merasakan kepedihan ditinggal Kekasih ALLAH untuk selama-lamanya. Semua menangis, tapi tidak seperti Bilal.

Tangis Bilal lebih deras dari semua penduduk Madinah. Tak ada yang tahu persis kenapa Bilal seperti itu, tapi Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu anhu tahu.

Ia pun membebastugaskan Bilal dari tugas mengumandangkan adzan. Saat mengumandangkan adzan, tiba-tiba kenangannya bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkelabat tanpa ia bisa membendungnya. Ia teringat bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memuliakannya di saat ia selalu terhina, hanya karena ia budak dari Afrika. Ia teringat bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjodohkannya. Saat itu Rasulullah meyakinkan keluarga mempelai wanita dengan berkata, “Bilal adalah pasangan dari surga, nikahkanlah saudari perempuanmu dengannya”.

Pria legam itu terenyuh mendengar sanjungan Sang Nabi akan dirinya, seorang pria berkulit hitam, tidak tampan, dan mantan budak.

Kenangan-kenangan akan sikap Rasul yang begitu lembut pada dirinya berkejar-kejaran saat ia mengumandangkan adzan. Ingatan akan sabda Rasul, “Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.” lalu ia pun beranjak adzan, muncul begitu saja tanpa ia bisa dibendung.

Kini tak ada lagi suara lembut yang meminta istirahat dengan shalat. Bilal pun teringat bahwa ia biasanya pergi menuju bilik Nabi yang berdampingan dengan Masjid Nabawi setiap mendekati waktu shalat. Di depan pintu bilik Rasul, Bilal berkata, “Saatnya untuk shalat, saatnya untuk meraih kemenangan. Wahai Rasulullah, saatnya untuk shalat.”

Kini tak ada lagi pria mulia di balik bilik itu yang akan keluar dengan wajah yang ramah dan penuh rasa terima kasih karena sudah diingatkan akan waktu shalat. Bilal teringat, saat shalat ‘Ied dan shalat Istisqa’ ia selalu berjalan di depan. Rasulullah dengan tombak di tangan menuju tempat diselenggarakan shalat. Salah satu dari tiga tombak pemberian Raja Habasyah kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Satu diberikan Rasul kepada Umar bin Khattab, satu untuk dirinya sendiri, dan satu ia berikan kepada Bilal. Kini hanya tombak itu saja yang masih ada, tanpa diiringi pria mulia yang memberikannya tombak tersebut. Hati Bilal makin perih. Seluruh kenangan itu bertumpuk-tumpuk, membuncah bercampur dengan rasa rindu dan cinta yang sangat pada diri Bilal. Bilal sudah tidak tahan lagi. Ia tidak sanggup lagi untuk mengumandangkan adzan.

Abu Bakar tahu akan perasaan Bilal. Saat Bilal meminta izin untuk tidak mengumandankan adzan lagi, beliau mengizinkannya. Saat Bilal meminta izin untuk meninggalkan Madinah, Abu Bakar kembali mengizinkan. Bagi Bilal, setiap sudut kota Madinah akan selalu membangkitkan kenangan akan Rasul, dan itu akan semakin membuat dirinya merana karena rindu. Ia memutuskan meninggalkan kota itu. Ia pergi ke Damaskus bergabung dengan mujahidin di sana. Madinah semakin berduka. Setelah ditinggal al-Musthafa, kini mereka ditinggal pria legam mantan budak tetapi memiliki hati secemerlang cermin.

Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”

Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”

Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam wafat.”

Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan adzan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Radhiallahu ‘anhu setelah terpisah cukup lama.

Jazirah Arab kembali berduka. Kini sahabat terdekat Muhammad shalallahu alaihi wasallam, khalifah pertama, menyusulnya ke pangkuan Ilahi. Pria yang bergelar Al-Furqan menjadi penggantinya. Umat Muslim menaruh harapan yang besar kepadanya. Umar bin Khattab berangkat ke Damaskus, Syria. Tujuannya hanya satu, menemui Bilal dan membujuknya untuk mengumandangkan adzan kembali. Setelah dua tahun yang melelahkan; berperang melawan pembangkang zakat, berperang dengan mereka yang mengaku Nabi, dan berupaya menjaga keutuhan umat; Umar berupaya menyatukan umat dan menyemangati mereka yang mulai lelah akan pertikaian. Umar berupaya mengumpulkan semua muslim ke masjid untuk bersama-sama merengkuh kekuatan dari Yang Maha Kuat. Sekaligus kembali menguatkan cinta mereka kepada Rasul-Nya.

Umar membujuk Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan. Bilal menolak, tetapi bukan Umar namanya jika khalifah kedua tersebut mudah menyerah. Ia kembali membujuk dan membujuk.

“Hanya sekali”, bujuk Umar. “Ini semua untuk umat. Umat yang dicintai Muhammad, umat yang dipanggil Muhammad saat sakaratul mautnya. Begitu besar cintamu kepada Muhammad, maka tidakkah engkau cinta pada umat yang dicintai Muhammad?” Bilal tersentuh. Ia menyetujui untuk kembali mengumandangkan adzan. Hanya sekali, saat waktu Subuh..

Hari saat Bilal akan mengumandangkan adzan pun tiba.

Berita tersebut sudah tersiar ke seantero negeri. Ratusan hingga ribuan kaum muslimin memadati masjid demi mendengar kembali suara bening yang legendaris itu.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar…”

“Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha illallah…”

“Asyhadu anna Muhammadarrasulullah…”

Sampai di sini Bilal berhasil menguatkan dirinya. Kumandang adzan kali itu beresonansi dengan kerinduan Bilal akan Sang Rasul, menghasilkan senandung yang indah lebih indah dari karya maestro komposer ternama masa modern mana pun jua. Kumandang adzan itu begitu menyentuh hati, merasuk ke dalam jiwa, dan membetot urat kerinduan akan Sang Rasul. Seluruh yang hadir dan mendengarnya menangis secara spontan.

“Asyhadu anna Muhammadarrasulullah…”

Kini getaran resonansinya semakin kuat. Menghanyutkan Bilal dan para jamaah di kolam rindu yang tak berujung. Tangis rindu semakin menjadi-jadi. Bumi Arab kala itu kembali basah akan air mata.

“Hayya ‘alash-shalah, hayya ‘alash-shalah…”

Tak ada yang tak mendengar seruan itu kecuali ia berangkat menuju masjid.

“Hayya `alal-falah, hayya `alal-falah…”

Seruan akan kebangkitan dan harapan berkumandang. Optimisme dan harapan kaum muslimin meningkat dan membuncah.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar…”

Allah-lah yang Maha Besar, Maha Perkasa dan Maha Berkehendak. Masihkah kau takut kepada selain-Nya? Masihkah kau berani menenetang perintah-Nya?

“La ilaha illallah…”

Tiada tuhan selain ALLAH. Jika engkau menuhankan Muhammad, ketahuilah bahwa ia telah wafat. ALLAH Maha Hidup dan tak akan pernah mati. [gizanherbal/islampos/arya]

http://aqlislamiccenter.com/2013/11/11/bilal-tak-kuasa-meneruskan-adzan/


Ummu Al-Ahnaf